Gunung api Sinabung mengeluarkan erupsi terbesar sepanjang tahun 2013, Senin ( 18/11).
Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara kembali meletus pada pukul 16.15 WIB, Minggu (3/11) petang. Ini merupakan letusan kesekian kalinya pasca berstatus siaga dinihari tadi.
Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, letusan terbaru ini dilaporkan oleh petugas TNI yang berada di Desa Bekerah berjarak 2 kilometer dari puncak kawah gunung Sinabung.
Dilaporkan, sebanyak 1.293 jiwa warga sekitar Gunung api Sinabung telah dievakuasi ke tempat yang lebih aman pasca letusan gunung tersebut sekitar pukul 01.20 WIB, dini hari tadi. Pengungsi tersebut berasal dari Desa Mardinding ke Jambor di Kec. Tiga Dreket sebanyak 891 jiwa, dan pengungsi dari Desa Sukameriah ke Jambor GPKP Payung dan Masjid Payung sebanyak 402 jiwa.
"Pengungsi akan bertambah lagi karena saat ini warga di Desa Bekerah, Desa Simacem dan Desa Sukameriah sedang bersiap-siap mengungsi ke Namanteran. Jumlah warga yang akan mengungsi masih dalam pendataan oleh petugas," kata Sutopo, Minggu (3/11) petang.
Menurutnya, belum semua warga di 4 desa di radius 3 km mengungsi sesuai rekomendasi PVMBG Badan Geologi. Warga masih banyak yang berada di rumahnya. Aparat TNI dan Polri saat ini berpatroli di Desa Bekerah.
Kondisi gunungapi Sinabung masih mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah. Gunungapi Sinabung tertutup oleh awan bercampur dengan asap kehitaman dan gerimis. Aktivitas gunung masih menunjukkan peningkatan.
Sepanjang Minggu (311) sejak pukul 00:00-06:00 WIB, tercatat 12 kali Gempa Vulkanik dalam, 3 kali gempa frekuensi rendah, 5 kali gempa Hembusan asap, 4 kali gempa tektonik jauh, 2 kali gempa Vulkanik dangkal dan tremor menerus hingga kini.
Dikatakan Sutopo, BNPB telah merekomendasikan agar Bupati Karo segera menggelar rapat koordinasi dengan semua unsur terkait, kemudian menetapkan status keadaan daruratnya. Selain itu Pemda Karo juga harus menetapkan pos komando dan komandan tanggap darurat
"Melaksanakan rekomendasi PVMBG dan berkoordinasi dengan BPBD Sumut karena Kabupaten Karo belum membentuk BPBD. Semua kendaraan penanggulangan bencana di BPBD Sumut dikerahkan ke Sinabung untuk melakukan penanganan darurat," tambahnya.
Gunung tertinggi di Sumut ini menyeburkan material vulkanik setinggi 8 kilometer. Debu yang terlihat hingga kota Binjai, Deli Serdang, Medan, dan Langkat ini telah memutihkan Kecamatan Tiga Nderket Kabupaten Karo.
Gunung yang ditetapkan berstatus Siaga pada 3 November itu mengeluarkan suara gemuruh yang terdengar sepanjang dini hari, akhirnya ditutup dengan erupsi yang berlangsung selama 32 menit.
“ Di Desa Mardinding kami cukup mendengar suara gemuruh dini hari tadi. Kami telah prediksi kalau paginya pasti akan meletus. Karena sudah keseringan dihantam erupsi kami meyakini itu,” ujar Jepri Bangun, warga Desa Mardinding, Kecamatan Tiga Nderket.
Perkiraan masyarakat di lereng Sinabung pun tak jauh berbeda dengan catatan yang terekam di Pos Pemantau Gunung Api ( PPGA) Sinabung. Dimana sepanjang pukul 00.00 wib hingga 06.00 wib tercatat terjadi gempa vulkanik dalam sebanyak 8 kali dengan Amplitudo Maksimum (Amax) 7-25 mm selama 7-12 detik, gempa vulkanik dangkal 1 kali dengan Amax: 2 mm selama 5 detik , 1 kali gempa hybrid Amax: 8 mm selama 10 detik, 3 kali hembusan Amax: 6-12 mm selama 16-21 detik , 1 kali gempa tektonik jauh Amax: 42 mm dengan getaran selama 100 detik dan tremor dengan Amax: 0,5-4 mm.
Erupsi yang berlangsung saat sebahagian masyarakat sedang bersiap diri itu telah mengusik penduduk yang hendak memulai aktifitas di awal pekan. Apalagi, erupsi berlangsung lama dengan keadaan kolom debu yang lama bertahan di udara, bahkan warga Berastagi sudah bersiap diri jika mendapat kiriman debu.
“Saya sempat memasukkan lagi pakaian yang saya jemur, takut nanti kena debu. Rupanya tidak mengarah kemari, “ ujar Sinta, warga Desa Jaranguda sambil berusaha menjemur kembali pakaiannya yang tadinya telah diangkat.
Jalanan menuju salah satu ikon wisata di Berastagi, Bukit Gundaling pun sempat macet akibat hadirnya banyak warga yang ingin melihat erupsi meninggi itu dengan lebih jelas. Arus lalulintas baru normal setelah mendapat kepastian kalau debu mengarah ke barat dan barat daya Sinabung.
Sementara, di daerah yang menjadi tujuan angin dari Sinabung, seperti Kecamatan Tiga Nderket, Kuta Buluh dan sekitarnya, pemandangan berbeda kelihatan jelas. Hujan abu bercampur pasir menyerang wilayah yang selama masa tanggap darurat sebagai lokasi terparah terkena material gunung. Selain itu, sebahagian Kecamatan Naman Teran juga mengalami nasib serupa.
Hitam kali asapnya pertama, kami sudah bersiap sejak awal makanya ini cepat kami antisipasi,” ujar Star Sembiring, warga Desa Kuta Rayat.
Erupsi pun terlihat jelas di kota Binjai Sumut, lewat kontak per telephone , warga disana, Aan Sofena kepada POSMETRO KARO (Grup JPNN) mengatakan kepulan debu tampak sekali berada di balik gugusan Bukit Barisan yang memisahkan daerah Kab Langkat dengan Tanah Karo.
Pada erupsi kemarin, terang petugas PPGA Sinabung, Ahmad Nabawi, awan panas yang awalnya tidak terekam akhirnya kelihatan mengarah ke tenggara ( Desa Suka Meriah Payung) dengan jarak luncur 800 meter. Beruntung tidak ada lagi warga yang berada di desa itu karena selain jarak luncur yang masih berada di lereng gunung, penduduk telah dievakuasi sebelumnya ke masjid dan gereja di Desa Payung.
Namun demikian, akibat erupsi semalam semakin menambah derita warga baik di pengungsian maupun masyarakat Kecamatan Tiga Nderket. Karena, tebaran debu bercampur pasir sudah menutup semua tanaman petani yang berada di sana.
sumber
jpnn.com
Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara kembali meletus pada pukul 16.15 WIB, Minggu (3/11) petang. Ini merupakan letusan kesekian kalinya pasca berstatus siaga dinihari tadi.
Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, letusan terbaru ini dilaporkan oleh petugas TNI yang berada di Desa Bekerah berjarak 2 kilometer dari puncak kawah gunung Sinabung.
Dilaporkan, sebanyak 1.293 jiwa warga sekitar Gunung api Sinabung telah dievakuasi ke tempat yang lebih aman pasca letusan gunung tersebut sekitar pukul 01.20 WIB, dini hari tadi. Pengungsi tersebut berasal dari Desa Mardinding ke Jambor di Kec. Tiga Dreket sebanyak 891 jiwa, dan pengungsi dari Desa Sukameriah ke Jambor GPKP Payung dan Masjid Payung sebanyak 402 jiwa.
"Pengungsi akan bertambah lagi karena saat ini warga di Desa Bekerah, Desa Simacem dan Desa Sukameriah sedang bersiap-siap mengungsi ke Namanteran. Jumlah warga yang akan mengungsi masih dalam pendataan oleh petugas," kata Sutopo, Minggu (3/11) petang.
Menurutnya, belum semua warga di 4 desa di radius 3 km mengungsi sesuai rekomendasi PVMBG Badan Geologi. Warga masih banyak yang berada di rumahnya. Aparat TNI dan Polri saat ini berpatroli di Desa Bekerah.
Kondisi gunungapi Sinabung masih mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah. Gunungapi Sinabung tertutup oleh awan bercampur dengan asap kehitaman dan gerimis. Aktivitas gunung masih menunjukkan peningkatan.
Sepanjang Minggu (311) sejak pukul 00:00-06:00 WIB, tercatat 12 kali Gempa Vulkanik dalam, 3 kali gempa frekuensi rendah, 5 kali gempa Hembusan asap, 4 kali gempa tektonik jauh, 2 kali gempa Vulkanik dangkal dan tremor menerus hingga kini.
Dikatakan Sutopo, BNPB telah merekomendasikan agar Bupati Karo segera menggelar rapat koordinasi dengan semua unsur terkait, kemudian menetapkan status keadaan daruratnya. Selain itu Pemda Karo juga harus menetapkan pos komando dan komandan tanggap darurat
"Melaksanakan rekomendasi PVMBG dan berkoordinasi dengan BPBD Sumut karena Kabupaten Karo belum membentuk BPBD. Semua kendaraan penanggulangan bencana di BPBD Sumut dikerahkan ke Sinabung untuk melakukan penanganan darurat," tambahnya.
Gunung tertinggi di Sumut ini menyeburkan material vulkanik setinggi 8 kilometer. Debu yang terlihat hingga kota Binjai, Deli Serdang, Medan, dan Langkat ini telah memutihkan Kecamatan Tiga Nderket Kabupaten Karo.
Gunung yang ditetapkan berstatus Siaga pada 3 November itu mengeluarkan suara gemuruh yang terdengar sepanjang dini hari, akhirnya ditutup dengan erupsi yang berlangsung selama 32 menit.
“ Di Desa Mardinding kami cukup mendengar suara gemuruh dini hari tadi. Kami telah prediksi kalau paginya pasti akan meletus. Karena sudah keseringan dihantam erupsi kami meyakini itu,” ujar Jepri Bangun, warga Desa Mardinding, Kecamatan Tiga Nderket.
Perkiraan masyarakat di lereng Sinabung pun tak jauh berbeda dengan catatan yang terekam di Pos Pemantau Gunung Api ( PPGA) Sinabung. Dimana sepanjang pukul 00.00 wib hingga 06.00 wib tercatat terjadi gempa vulkanik dalam sebanyak 8 kali dengan Amplitudo Maksimum (Amax) 7-25 mm selama 7-12 detik, gempa vulkanik dangkal 1 kali dengan Amax: 2 mm selama 5 detik , 1 kali gempa hybrid Amax: 8 mm selama 10 detik, 3 kali hembusan Amax: 6-12 mm selama 16-21 detik , 1 kali gempa tektonik jauh Amax: 42 mm dengan getaran selama 100 detik dan tremor dengan Amax: 0,5-4 mm.
Erupsi yang berlangsung saat sebahagian masyarakat sedang bersiap diri itu telah mengusik penduduk yang hendak memulai aktifitas di awal pekan. Apalagi, erupsi berlangsung lama dengan keadaan kolom debu yang lama bertahan di udara, bahkan warga Berastagi sudah bersiap diri jika mendapat kiriman debu.
“Saya sempat memasukkan lagi pakaian yang saya jemur, takut nanti kena debu. Rupanya tidak mengarah kemari, “ ujar Sinta, warga Desa Jaranguda sambil berusaha menjemur kembali pakaiannya yang tadinya telah diangkat.
Jalanan menuju salah satu ikon wisata di Berastagi, Bukit Gundaling pun sempat macet akibat hadirnya banyak warga yang ingin melihat erupsi meninggi itu dengan lebih jelas. Arus lalulintas baru normal setelah mendapat kepastian kalau debu mengarah ke barat dan barat daya Sinabung.
Sementara, di daerah yang menjadi tujuan angin dari Sinabung, seperti Kecamatan Tiga Nderket, Kuta Buluh dan sekitarnya, pemandangan berbeda kelihatan jelas. Hujan abu bercampur pasir menyerang wilayah yang selama masa tanggap darurat sebagai lokasi terparah terkena material gunung. Selain itu, sebahagian Kecamatan Naman Teran juga mengalami nasib serupa.
Hitam kali asapnya pertama, kami sudah bersiap sejak awal makanya ini cepat kami antisipasi,” ujar Star Sembiring, warga Desa Kuta Rayat.
Erupsi pun terlihat jelas di kota Binjai Sumut, lewat kontak per telephone , warga disana, Aan Sofena kepada POSMETRO KARO (Grup JPNN) mengatakan kepulan debu tampak sekali berada di balik gugusan Bukit Barisan yang memisahkan daerah Kab Langkat dengan Tanah Karo.
Pada erupsi kemarin, terang petugas PPGA Sinabung, Ahmad Nabawi, awan panas yang awalnya tidak terekam akhirnya kelihatan mengarah ke tenggara ( Desa Suka Meriah Payung) dengan jarak luncur 800 meter. Beruntung tidak ada lagi warga yang berada di desa itu karena selain jarak luncur yang masih berada di lereng gunung, penduduk telah dievakuasi sebelumnya ke masjid dan gereja di Desa Payung.
Namun demikian, akibat erupsi semalam semakin menambah derita warga baik di pengungsian maupun masyarakat Kecamatan Tiga Nderket. Karena, tebaran debu bercampur pasir sudah menutup semua tanaman petani yang berada di sana.
sumber
jpnn.com
Tag :
Berita