Upaya mengungkap biang kerok pencemar Kali Surabaya terus berlanjut.
Kemarin (14/11) Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jatim dan Surabaya menemukan ikan mabuk di hulu Kali Surabaya, tepatnya di Jrebeng, Gresik.
Lokasinya di atas Kali Tengah. Artinya, biang pencemaran air Kali Surabaya yang mengakibatkan ribuan ikan mati pada Rabu (13/11) lalu bukan endapan limbah yang terguyur air. Diduga ada pabrik yang membuang limbah.
Selama ini Kali Tengah ditengarai menjadi lokasi pembuangan limbah. Karena kali tersebut tidak teraliri air yang banyak, akhirnya limbah mengendap. Saat hujan deras, endapan limbah terguyur hujan sehingga menimbulkan pencemaran.
Kepala BLH Surabaya Musdiq Ali Suhudi mengatakan, temuan ikan mabuk di atas Kali Tengah itu mengindikasikan adanya pembuangan limbah dari industri tertentu. "Ini membantah prediksi bahwa pencemaran karena endapan limbah yang terguyur hujan,'' jelasnya.
Karena itu, lanjutnya, pihaknya terus memperketat pengawasan terhadap pabrik pembuang limbah di sempadan Kali Surabaya. Dia mengatakan, kerja sama antara BLH Jatim dan Surabaya menjadi sangat penting. "Surabaya selalu yang menjadi korban jika ada pencemaran kali,"' jelasnya.
Sementara itu, Pengawas Lingkungan Hidup BLH Surabaya Teguh Sumardiono mengatakan, ikan mabuk itu sebenarnya ditemukan di sejumlah titik. Di antaranya, Karang Pilang, Kali Tengah, dan Jrebeng.
"Dari tiga titik tersebut diasumsikan bahwa ikan mabuk dari atas Kali Surabaya. Lalu, mengalir menuju pintu air Gunung Sari,'' ujarnya.
Menurut dia, banyaknya ikan di pintu air Gunung Sari karena ribuan ikan itu terseret arus Kali Surabaya. Jadi, sebenarnya ikan-ikan itu tidak hanya dari area pintu air Gunung Sari. "Tapi, hampir dari sepanjang Kali Surabaya,'' ujarnya.
Soal upaya menemukan pabrik pembuang limbah, Teguh mengatakan, mencari bukti pabrik mana yang membuang limbah sangat sulit. Sebab, tanda-tanda pembuangan limbah telah hilang. "Ini kesulitannya,'' paparnya.
Karena itu, lanjutnya, upaya terbaik yang bisa dilakukan adalah memantau seluruh pabrik di sempadan Kali Surabaya. Dia mengatakan, sesuai kewenangannya, pabrik yang ada di Surabaya akan didata dan dipantau lebih teliti. "Jika ada pencemaran, bisa langsung merespons,'' jelasnya.
Kasubid Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Air BLH Jatim Ainul Huri justru ragu bahwa pencemaran air Kali Surabaya itu disebabkan limbah buangan pabrik.
Dia mengatakan, memang ada temuan ikan mabuk di atas Kali Tengah. Namun, jumlahnya sedikit. ''Jadi, mungkin saja ikan yang terkena gelontoran endapan limbah itu tidak langsung mabuk, tapi berenang ke atas dulu,'' jelasnya.
Dia mengatakan akan fokus pada kerja sama untuk mengawasi pembuangan limbah. Sebab, jika PJT I memberi tahu adanya penurunan dissolve oxygen (DO) pada Selasa sore, BLH bisa langsung bertindak untuk mencari pembuang limbah. "Informasi itu lebih cepat diketahui, lebih baik,'' paparnya.
sumber:
jpnn.com
Kemarin (14/11) Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jatim dan Surabaya menemukan ikan mabuk di hulu Kali Surabaya, tepatnya di Jrebeng, Gresik.
Lokasinya di atas Kali Tengah. Artinya, biang pencemaran air Kali Surabaya yang mengakibatkan ribuan ikan mati pada Rabu (13/11) lalu bukan endapan limbah yang terguyur air. Diduga ada pabrik yang membuang limbah.
Selama ini Kali Tengah ditengarai menjadi lokasi pembuangan limbah. Karena kali tersebut tidak teraliri air yang banyak, akhirnya limbah mengendap. Saat hujan deras, endapan limbah terguyur hujan sehingga menimbulkan pencemaran.
Kepala BLH Surabaya Musdiq Ali Suhudi mengatakan, temuan ikan mabuk di atas Kali Tengah itu mengindikasikan adanya pembuangan limbah dari industri tertentu. "Ini membantah prediksi bahwa pencemaran karena endapan limbah yang terguyur hujan,'' jelasnya.
Karena itu, lanjutnya, pihaknya terus memperketat pengawasan terhadap pabrik pembuang limbah di sempadan Kali Surabaya. Dia mengatakan, kerja sama antara BLH Jatim dan Surabaya menjadi sangat penting. "Surabaya selalu yang menjadi korban jika ada pencemaran kali,"' jelasnya.
Sementara itu, Pengawas Lingkungan Hidup BLH Surabaya Teguh Sumardiono mengatakan, ikan mabuk itu sebenarnya ditemukan di sejumlah titik. Di antaranya, Karang Pilang, Kali Tengah, dan Jrebeng.
"Dari tiga titik tersebut diasumsikan bahwa ikan mabuk dari atas Kali Surabaya. Lalu, mengalir menuju pintu air Gunung Sari,'' ujarnya.
Menurut dia, banyaknya ikan di pintu air Gunung Sari karena ribuan ikan itu terseret arus Kali Surabaya. Jadi, sebenarnya ikan-ikan itu tidak hanya dari area pintu air Gunung Sari. "Tapi, hampir dari sepanjang Kali Surabaya,'' ujarnya.
Soal upaya menemukan pabrik pembuang limbah, Teguh mengatakan, mencari bukti pabrik mana yang membuang limbah sangat sulit. Sebab, tanda-tanda pembuangan limbah telah hilang. "Ini kesulitannya,'' paparnya.
Karena itu, lanjutnya, upaya terbaik yang bisa dilakukan adalah memantau seluruh pabrik di sempadan Kali Surabaya. Dia mengatakan, sesuai kewenangannya, pabrik yang ada di Surabaya akan didata dan dipantau lebih teliti. "Jika ada pencemaran, bisa langsung merespons,'' jelasnya.
Kasubid Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Air BLH Jatim Ainul Huri justru ragu bahwa pencemaran air Kali Surabaya itu disebabkan limbah buangan pabrik.
Dia mengatakan, memang ada temuan ikan mabuk di atas Kali Tengah. Namun, jumlahnya sedikit. ''Jadi, mungkin saja ikan yang terkena gelontoran endapan limbah itu tidak langsung mabuk, tapi berenang ke atas dulu,'' jelasnya.
Dia mengatakan akan fokus pada kerja sama untuk mengawasi pembuangan limbah. Sebab, jika PJT I memberi tahu adanya penurunan dissolve oxygen (DO) pada Selasa sore, BLH bisa langsung bertindak untuk mencari pembuang limbah. "Informasi itu lebih cepat diketahui, lebih baik,'' paparnya.
sumber:
jpnn.com
Tag :
Berita